I.PENGERTIAN
Alam perasaan(mood) adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal. 19)
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat minggu, yang disertai perilaku dari perubahan tidur, gangguan konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada belebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-IV-TR, 2000 dalam Videback, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun.
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat dan kadang¬kadang sebagai pikiran yang meloncat loncat (flight of ideas).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meningkat,meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung
dan terangsang.Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan
kegiatan,banyak bicara,ide-ide yang meloncat,senda gurau,tertawa berlebihan,
penyimpangan seksual.
II. Rentang Respon Emosional
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu :
1) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada dua macam reaksi adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berhenti kegiatan sehari-hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3 tingkatan, yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang sehingga mengganggu fungsi kehidupan individu.
Gejala : bermusuhan, sedih berlebihan, rendah diri.
c) Mania/Depresi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.
IV. Psikopoatologi
Alam perasaan adalah kekuatan / perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang, emosi ini terjadi sebagai kasih sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari reaksi adaptif sampai maladaptive.
1) Penyebab Terjadinya Depresi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapannya.
a) Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel, tidak dapat berpikir sehat atau kejam pada saat-saat khusus jika cinta untuk iri sendiri lebih besar dari pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
b) Kurang Rasa Harga Diri
Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri, sayangnya kekurangan ini cenderung dilebih-lebihkan menjadi ekstrim, karena harapan-harapan yang realistis membuat dia tidak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang dicapainya.
c) Perbandingan yang Tidak Adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.
d) Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mecetuskan depresi adalah organic contoh individu yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.
e) Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
f) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)
Menurut Nanda (2005-2006) adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih kronis adalah :
a) Kematian orang yang dicintai
b) Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple, prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas, kanker, sakit Parkinson)
c) Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen penyakit, krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan yang dapat meningkatkan perkembangan, norma social atau personal)
d) Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat kehilangan.
2) Gejala Klinis Depresi
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :
a) Aspek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya.
b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.
c) Nafsu makan menurun
d) Berat badan menurun
e) Konsentrasi dan daya ingat menurun
f) Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal.
g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya)
h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun.
i) Gangguan seksual (libido menurun)
j) Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.
3) Tingkat Depresi
a) Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses piker komunikasi social dan rasa tidak nyaman.
b) Depresi Sedang
(1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis.
(2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
(3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
(4) Partisipasi social : menarik diri, tak mau bekerja/ sekolah, mudah tersinggung
c) Depresi Berat
(1) Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung, inisiatif berkurang.
(2) Gangguan proses piker
(3) Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum, menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.
V. FAKTOR PREDISPOSISI & PRESIPITASI
1.Faktor Predisposisi
1.1.Faktor genetik,mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan
melalui garis keturunan.Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar
monozygote daripada dizygote.
1.2.Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan
oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.Freud mengatakan bahwa
kehilangan obyek/orang,ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik
menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri.
1.3.Teori kehilangan.Berhubungan dengan faktor perkembangan;misalnya kehilangan
orang tua pada masa anak,perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang
sangat dicintai.Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
1.4.Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami depresi atau mania.
1.5.Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri,lingkungan dan masa depan.
1.6.Model belajar ketidakberdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari
kehilangan kendali diri,lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah.
Kemudian individu timbul keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
1.7.Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian
(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
1.8.Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan
kimiawi,yaitu defisiensi katekolamin,tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi
kortisol.
2. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi:
Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan
atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi,neoplasma dan ketidakseimbangan
metabolisme.
Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang,termasuk kehilangan cinta,
seseorang,dan kehilangan harga diri.
Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran,perceraian,kehilangan pekerjaan.
VI. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING
Perilaku yang berhubungan dengan mania bervariasi.
Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi,dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1;Perilaku yang berhubungan dengan Mania
Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku
a).Gembira yang
berlebihan
b).Harga diri
meningkat
c).Tidak tahan kritik a).Ambisi
b).Mudah terpengaruh
c).Mudah beralih
perhatian
d).Waham kebesaran
e).Ilusi
f).Flight of ideas
g).Gangguan penglihatan a).Dehidrasi
b).Nutrisi yg tidak
adekuat
c).Berkurangnya
kebutuhan tidur/
istirahat
d).Berat badan menurun a).Agresif
b).Hiperaktif
c).Aktivitas motorik
meningkat
d).Kurang bertanggung
jawab
e).Royal
f).Iritatable/suka berdebat
g).Perawatan diri kurang
h).Tingkah laku seksual
yang berlebihan
i).Bicara bertele-tele.
Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi,
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2;Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Afektif Kognitif Fisik Tingkah laku
#Sedih,cemas,apatis,
murung,
#.Kebencian,kekesalan
marah,
#.Perasaan ditolak,
perasaan bersalah,
#Merasa tdk berdaya,
putus asa,
#.Merasa sendirian,
#.Merasa rendah diri,
#.Merasa tak berharga
#Ambivalensi,bingung,
ragu-ragu,
#Tidak mampu
konsentrasi,
#Hilang perhatian dan
motivasi,
#Menyalahkan diri sendiri,
#Pikiran merusak diri,
#Rasa tidak menentu,
#Pesimis #Sakit perut,anoreksia,
mual,muntah,
#Gangguan pencernaan,
konstipasi,
#Lemah,lesu,nyeri,kepala,
pusing,
#Insomnia,nyeri dada,
overakting,
#Perubahan berat badan,
gangguan selera makan,
#Gangguan menstruasi,
impoten,
#Tidak berespon terhadap
seksual. #Agresif,agitasi,tidak
toleran,
#Gangguan tingkat
aktivitas
#Kemunduran
psikomotor,
#Menarik diri,
isolasi sosial,
#Iritabel(mudah marah,
menangis,
tersinggung),
#Berkesan
menyedihkan,
#Kurang spontan,
#Gangguan kebersihan
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial
dan supresi,hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.Depresi,yaitu perasaan berduka yang belum terselesaikan,mekanisme koping yang digunakan adalah represi,supresi,denial dan disosiasi.Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI
1.Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi,presipitasi,dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien(lihat point III & IV).
2.Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respons emosional (gangguan alam perasaan ) antara lain:
Berduka disfungsional
Ketidakberdayaan
Peningkatan mobilitas fisik
Gangguan pola tidur
Risiko terhadap cedera
Perubahan nutrisi
Defisit perawatan diri
Ansietas
3.Perencanaan
Tujuan Umum:Mengajarkan klien untuk berespons emosional yang adptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.
Tindakan keperawatan:
Lingkungan
Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya
kecelakaan.Karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah,hiperaktif,senang
tindakan yang berisiko tinggi,maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman,yaitu dilantai dasar,perabotan yang dasar,kurangi rangsang dan suasana yang tenang.Sedangkan merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri,karena klien merasa tidak berdaya,tidak berharga dan keputusasaan.
Hubungan perawat – klien
Hubungan saling percaya yang terapeutik perlu dibina dan dipertahankan.Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat hangat,menerima,diam aktif,jujur dan empati.Bicara lambat,sederhana dan beri waktu pada klien untuk berpikir dan menjawab.
Berbeda bila bekerja dengan klien mania,perawat harus membuat batasan yang konstruktif,hal ini perlu untuk mengontrol perilaku klien.Kontrol dari lingkungan (perawat,dokter,klien) yang konsisten akan mempercepat kesadaran klien untuk
mengontrol perilakunya.
Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama.Merawat klien depresi,perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik.Sikap perawat yang menerima klien,hangat,sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.Klien didorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal,hal ini akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.
Kognitif
Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan control diri klien pada tujuan dan perilaku,meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.
Cara mengubah pikiran yang negatif:
1.Identifikasi semua ide,pikiran yang negatif.
2.Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan,keberhasilan).
3.Dorong klien menilai kembali persepsi,logika,rasional.
4.Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif,dari tidak
realistis ke realistis.
5.Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil.Beri penguatan dan
pujian akan keberhasilan.
Perilaku
Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan realistic,yaitu
dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan di ruangan.Klien
depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur.
Beri penguatan pada kegiatan yang berhasil
Sosial
Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial,dengan cara:
1.Kaji kemampuan,dukungan dan minat klien.
2.Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.
3.Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal,dengan role model,role play.
4.Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif.
5.Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat,
klien).
Fisiologis
Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatanklien.
Kebutuhan dasar seperti makan,minum,istirahat,kebersihan dan penampilan diri
perlu mendapat perhatian perawat.
#Kewaspadaan Perawat#
Dalam memberi asuhan keperawatan kepada klien dengan gangguan alam perasaan yang berat,perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila ada resiko bunuh diri,yaitu gejala meningkat secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang.Asuhan keperawatan pada keadaan ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri.Percobaan bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi,klien mempunyai energi dan kesempatan untuk bunuh diri.Klien dalam keadaan mania akut juga dapat mengancam kehidupannya.
Sebagai contoh,pada lampiran 1 & 2 akan diuraikan rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa yang etiologinya Ketidakberdayaan dan Peningkatan mobilitas fisik.
VI. EVALUASI
1. Apakah semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali?
2. Apakah masalah klien mengenai konsep diri,rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali?
1. Apakah perubahan pola tingkah laku klien dan respons tersebut tampak?
2. Apakah riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi/mania dapat dievaluasi sepenuhnya?
1. Apakah perlu dilakukan tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri?
2. Apakah masyarakat lingkungan juga merupakan sumber koping?
3. Apakah tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien?
4. Apakah reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien?
5. Apakah perawat mampu untuk mawas diri terhadap perasaan pribadi,konflik,dan mampu untuk menghadapi benturan emosi yang timbul dalam hubungan dengan klien?
6. Apakah pengalaman klien akan meningkatkan kepuasan dan kesenangan klien terhadap dunia pribadinya?
Lampiran 1
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa keperawatan dapat dirumuskan :Gangguan harga diri:Harga diri rendah berhubungan
dengan Ketidakberdayaan.
1. PENGKAJIAN
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah:
Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi
situasi.
Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan
Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
Apastis,pasif
Ekspresi muka murung
Bicara dan gerakan lambat
Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
Tidur berlebihan
Menghindari orang lain.
2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum:
Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan
situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.
TUJUAN KHUSUS TINDAKAN
1.Pasien dapat membina
hubungan terapeutik
dengan perawat.
2.Pasien dapat mengenali
dan mengekspresikan
emosinya.
3.Pasien dapat
memodifikasi pola
kognitif yang negatif. 1.1.Lakukan pendekatan yang hangat,menerima pasien apa adanya
dan bersifat empati
1.2.Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri
perawat sendiri (misalnya:rasa marah,frustasi dan simpati)
1.3.Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang
sifatnya supportif
1.4.Beri waktu untuk pasien berespons.
2.1.Tunjukkan respons emosional dan menerima pasien
2.2.Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,eksplorasi,
klarifikasi.
2.3.Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya
2.4.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya
yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.
Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya
yang berhubungan dengan ketidakmampuan.
3.1.Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa
memintanya untuk menyimpulkan.
3.2.Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk
menurunkannya melalui interupsi atau substitusi.
3.3.Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.
3.4.Evaluasi ketepatan persepsi,logika dan kesimpulan yang dibuat
pasien.
3.5.Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat,penyimpangan
dan pendapatnya yang tidak rasional.
3.6.Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
4.Pasien dapat
berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan
yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri.
5.Pasien dapat
termotivasi untuk aktif
mencapai tujuan yang
realistik. 3.7.Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau
perilakunya dan perubahan yang terjadi.
4.1.Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan
perawatannya yang ingin dicapai.
4.2.Motivasi pasien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan
dirinya
4.3.Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan
4.4.Berikan ”reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat
4.5.Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau
penampilan yang bagus.
4.6.Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan/kegiatan
tersebut.
5.1.Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistik.
Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu
5.2.Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan
yang dapat dikontrolnya.
5.3.Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien.Dorong
untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan
berikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan
pencapaiannya.
5.4.Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu
pasien menurunkan perasaan tidak berdaya.
Lampiran 2
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
PENINGKATAN MOBILITAS FISIK
Peningkatan mobilitas fisik yang sering juga disebut dengan hiperaktif merupakan suatu
gangguan alam perasaan.
1. PENGKAJIAN
Perilaku yang sering timbul pada pasien ini adalah:
o Aktivitas motorik yang meningkat
o Ekspresi wajah riang yang berlebihan
o Banyak bicara dan pembicaraan mudah beralih dari satu topik ke topik lain
(flight of ideas)
o Kurang bertanggung jawab
o Mudah tersinggung dan terangsang
o Tingkah laku mengancam bahaya
o Tidak tahan kritik
o Tidak takut bahaya.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bila saudara menganalisa data-data yang dijumpai pada pasien dengan peningkatan
mobilitas fisik,maka diagnosa yang dapat dirumuskan adalah :
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan peningkatan mobilitas fisik.
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum:
Pasien tidak akan mengalami cedera fisik selama dirawat.
TUJUAN KHUSUS TINDAKAN
1.Pasien dapat membina
hubungan saling percaya 1.1.Kenalkan diri pada pasien
1.2.Tanggapi pembicaraan pasien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
1.3.Bicara dengan tegas,jelas dan simpati.
1.4.Bersikap hangat dan bersahabat.
1.5.Temani pasien saat agitasi muncul dan hiperaktivitasnya
meningkat.
2.Pasien dapat
mengendalikan aktivitas
motorik.
3.Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya.
4.Pasien dapat menentukan
cara penyelesaian masalah
(koping) yang konstruktif.
5.Pasien mendapat dukungan
keluarga. 2.1.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat
menurunkan aktivitas motorik.
2.2.Diskusikan dengan pasien manfaat pemberian obat
2.3.Ciptakan ruangan yang tenang dan tidak banyak rangsangan,
seperti musik yang lembut,penataan ruangan tidak banyak
peralatan.
2.4.Beri kegiatan yang dapat diselesaikan oleh pasien,misalnya
mandi,makan,dll
2.5.Beri reinforcement positif bila pekerjaan/kegiatan tersebut
dapat diselesaikan
2.6.Bersama pasien membuat jadwal kegiatan/aktivitas fisik
untuk menyalurkan energinya,seperti menyapu, mengepel,
olahraga.
2.7.Beri reinforcement positif bila pasien dapat melakukan
kegiatannya tersebut.
2.8.Tetapkan batasan yang konstruktif terhadap tingkah laku
yang negatif
2.9.Lakukan pendekatan yang konsisten oleh seluruh anggota
tim kesehatan
2.10.Pertahankan komunikasi terbuka dan membagi persepsi
diantara anggota tim kesehatan
2.11.Kuatkan perilaku pengendalian diri dan perilaku positif
lainnya.
3.1.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya yang menyakitkan
3.2.Beri kesempatan kepada pasien untuk mengutarakan
keinginannya,perasaan dan pikiran dengan menggunakan
tekhnik komunikasi ”fokusing”
3.3.Berikan respons empati dan menerima pasien
3.4.Bantu pasien menurunkan tingkat ansietas.
4.1.Identifikasi bersama pasien cara yang biasa digunakan untuk
mengatasi perasaan kesal,marah atau sesuatu yang tidak
menyenangkan.
4.2.Diskusikan manfaat dari cara yang telah digunakan.
4.3.Diskusikan tentang alternatif cara untuk mengatasi perasaan
yang tidak menyenangkan.
4.4.Beri motivasi pasien agar memilih cara penyelesaian
masalah yang tepat serta diskusikan konsekwensi dari cara
yang dipilih.
4.5.Anjurkan pasien untuk mencoba cara tersebut.
5.1.Diskusikan dengan keluarga tentang keadaan pasien.
5.2.Bantu keluarga untuk memberikan asuhan yang tepat.
5.3.Bantu keluarga untuk merencanakan kegiatan yang sesuai
dengan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart,Gail W.(2006).Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5).Jakarta;EGC.
Alimul Hidayat,A.Azis.(2006).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia:Aplikasi Konsep edika.
http://wdnurhaeny.blogspot.com/2010/02/askep-gangguan-alam-perasaan-wnes.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar